Suka Curhat

Kala Anak Negeri Punya Kewenangan Atas Kebijakan Tentang Kelestarian Alam

Foto: Leo D. Mahardika

Warga dunia sudah terbiasa menyematkan kata November Rain untuk bulan ke-sebelas. Lagu yang dipopulerkan oleh Axl Rose dan kawan-kawannya tersebut menjadi terkesan romantik namun berselimut kesenduan karena suasana belahan bumi bagian utara sedang bersiap menuju musim basah. Begitupula di Indonesia, November adalah hari-hari hujan.

Jangankan penyair, orang-orang tanpa profesionalitas menulis saja berhasil melahirkan prosa dan sajak berkat kehadiran November dan hujan. Di negara agraris ini, musim penghujan juga menjadi satu hal yang ditunggu-tunggu oleh mereka yang bertanam. Dengan kata lain, banyak lambung bergantung terhadap hujan yang membantu proses ketersediaan pangan. Sayangnya, hari-hari ini jumlah hari hujan mengalami penurunan. Hal itu dinyatakan dalam Statistik Lingkungan Hidup yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik bahwa rata-rata hari hujan di seluruh provinsi di Indonesia berkurang 50 hari. Semula 179 hari pada 2014, menjadi 129 hari pada 2018.

Tentu sudah banyak diketahui bagaimana hal sekecil perubahan pola cuaca juga menjadi salah satu indikator perubahan iklim. Di Indonesia, cara kerja petani masih bergantung pada kondisi musim. Itu artinya, selain ancaman kekeringan dan berbagai bencana alam, ketersediaan pangan dalam negeri juga akan terdampak oleh adanya perubahan iklim.

Lanjutkan membaca “Kala Anak Negeri Punya Kewenangan Atas Kebijakan Tentang Kelestarian Alam”